bisu, berantakan, sama pada alasnya
kata-Mu serak di dalam batin
entah khusyuk atau meratap
aku sujud menyentuh bumi
hanya lirih bisik sendiri
inginnya menikmati darah terjun
menabrak kenangan yang jauh tertinggal
biasa kalau keluhku meronta
karena begitu beda maghrib dan isya
hanya hujat yang berusaha merambah
tapi sayang, aku bukan dewa pemahkota kuasa
aku gontai melangkah, goyah berfirasat
gandeng aku menatap lurus dan tegap berdiri
menjamah keyakinan elok takdir-Mu
walau mata basah meratap takdir
maghrib yang indah lekat di masa
biarlah meranum sampai seminggu
isyakku masih kokoh berdiri
karena ku yakin Engkau membalas syukurku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar