Ada beberapa faktor hingga keputusan untuk menempuh
perjalanan dengan mengendarai motor kuambil. Begitu juga untuk kali ini. Aku
harus yakin tanpa ragu, berbekal doa dan percaya diri, kuberangkat.
Alhamdulillah, perjalanan pulang pergi kulalui bisa dikatakan lancar, hanya
malam dan hujan hingga perjalanan memakan waktu lebih lama setengah sampai satu
jam dari waktu normal.
Ada beberapa pelajaran yang kuambil dari
perjalananku numpak motor :
1. Jangan ragu untuk menentukan pilihan. Dalam hal
ini pilihan antara naik motor atau mobil. Karena dengan yakin, kita dapat
berkendara dengan percaya diri, boleh ngebut tetapi tetap berhati-hati. Jadinya
kita lebih berkonsentrasi, karena tidak ada keraguan yang merusaknya.
Perjalanan dapat enjoy walau dengan
kecepatan tinggi. Dengan yakin, kita bisa lebih prepare, lalu pasrah berserah kepada yang Kuasa.
2. Kesimpulan atas pandangan mata tidaklah akurat.
Karena kemampuan mata kita untuk melihat lalu menilai sesuatu sangat terbatas.
Pernyataan tersebut bercermin dari pengalamanku memperkirakan cuaca. Sebelum
melaju, di langit nun jauh di sana, ke arah tujuanku, kulihat tiada mendung,
cerah. Rupanya aku cukup beruntung, benakku menduga perjalananku akan lancar.
Tetapi setelah satu jam lebih perjalanan, tetes-tetes hujan mulai menabrak
lajuku dan warna langit mengarah tujuanku, gelap. Setengah jam kemudian tumpah
ruah hujan turun. Langit kini rata warnanya, putih keabu-abuan. Kembali dangkal
pandanganku mencerna. Wah.., hujan bakal rata dan lama! Benar saja, hujan
derasnya lama, tetapi tidak pake’
rata. Karena lebih kurang satu setengah jam menanti reda, aku putuskan untuk
menerobos ramai guyur hujan. Sekitar lima menit berlalu..., e latalah, di sini tidak hujan rupanya.
Lagi-lagi mataku tertipu. Aku berkesimpulan, sungguh Engkau Maha Besar, ukuran
bumi saja mataku tak bisa menjangkaunya, jauh dari alam semesta ini. Dan yang
ke-
3. Begitu sempurnanya Engkau ciptakan tubuh ini.
Selama beberapa jam, bola mataku bebas menyentuh debu, binatang-binatang kecil
yang beterbangan, air hujan dan hembusan angin kencang, tetapi alhamdulillah
masih berfungsi dengan baik, tetap dapat kugunakan dengan normal. Lantas kemana
debu dan benda-benda asing lain yang singgah di mataku? Rupanya mata memiliki
selaput bening dan air mata yang melindungi dari kotoran yang masuk.
Lama-kelamaan kotoran tadi mengumpul di sisi pinggir mata, kiri, kanan atau
bawah mata. Maaf kalau kusedikit jorok menggambarkannya. Kotoran tadi mengumpul
bersama dengan tahi mata atau belek. Warnanya masih sama, dominan hitam dan dengan
mudah dapat kita ambil sendiri dengan cutton bud atau sapu tangan. Coba kalau
mata kita buatan manusia. Cak pempek yang diadon oleh wong Palembang misalnyo.
Dak bepeker duo kali, langsung kucocok pake’ gerpu, trus kuembat, cacam
cacam..., lemaknyo.., he..he...he...
Terakhir, selalu berdoa kepada Allah agar diberikan
kelancaran dan kemudahan, diberikan perlindungan dan terhindar dari bala’ dan
marabahaya untuk kita dan keluarga yang kita tinggalkan. Tetaplah leksanakan
shalat, jika telah masuk waktunya hanya lima belas menit berhenti sejenak,
sekalian beristirahat.
Lalu terakhir sekali. Jangan sombong. Menyalip,
ngebut, bukan untuk hebat-hebatan dan bukan kita yang paling kencang larinya.
Kita menyalip memang kita tepat waktunya untuk menyalip. Jadi kembali ke tujuan
awal. Kita ngebut dan menyalip memang kita perlu itu dan waktunya pas. Sehingga
laju motor kita masih terarah. Boleh cepat asal selamat, opo to...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar