Jumat, Desember 31, 2010

istri adalah budak suami


(untuk semua yang menjadikan istri sebagai budak suami)

Ekstrim memang, tetapi itulah yang terjadi.

Apakah sama kondisinya dengan masa pacaran dulu? Begitu indahnya masa-masa itu. Semua dilakukan hanya untuk menarik perhatiannya. Kita mampu berkorban demi si belahan jiwa. Jangankan satu atau dua bulan, satu hari tidak bertemupun rindu rasanya. Apa yang tidak kita lakukan untuknya..., perhatian, waktu, materi, jiwa dan raga juga sepertinya.

Ingatkah kita akan janji-janji kita dulu... hanya engkaulah cintaku, tiada ku berpaling denganmu, hidup dan matiku hanya untukmu, engkau cantik bak bidadari : aku cinta dan sayang padamu, sungguh engkau begitu berarti bagi hidupku, entah apalagi.., terlalu banyak mungkin untuk diingat.

Masih sama keadaannya pada saat mengikat hati dengan pernikahan. Janji itu masih hangat, masih harum aromanya. Rasakan romantisnya bulan madu. Sama-sama kita akui begitu indahnya masa-masa pengantin baru. Coba ingat kembali, pernahkah kita berucap atau berkeyakinan dalam hati waktu itu untuk tidak berpaling ke lain hati, untuk selalu bersama sampai akhir hayat?

Buka kembali mata anda, sadarkan diri anda perlahan... rasakan apa yang kita perbuat saat ini, lihat juga sekeliling kita, apakah judul di atas masih ekstrim kedengarannya? Saya rasa tidak.
Apa yang tidak kita lakukan, hanya dengan alasan-daripada zina misalnya. Oh, tidak.., banyak alasan yang hanya untuk kepuasan sang suami. Suami mana yang tidak marah apabila sang istri melirik lelaki lain misalnya, tetapi dia sendiri malah selingkuh dengan banyak wanita. Pertanyaan lain : apakah suami selalu jujur atas penghasilannya? Kalau tidak, kenapa? Lagi-lagi mungkin untuk belahan jiwa lain. Ayolah..., kita sebagai suami sudah begitu lelah mencari nafkaf, apa salahnya menghibur diri... Lelah..?? Pernah anda bandingkan dengan begitu susah payahnya sang istri menunaikan kewajibannya? Mulai dari mengandung, melahirkan, mengurus anak, menata rumah tangga, melayani suami, terkadang masih harus bekerja menambah penghasilan suami.

Bukankah begitu banyak istri seperti itu yang menjadi budak suami? Saya menyadari dan coba memahami, normalnya sifat wanita tidak berniat dan berusaha mendua, mungkin berbeda dengan lelaki yang bisa seperti itu. Maka dari itu percayalah pada istri anda, pertebal iman untuk selalu setia dengannya. Hargai dan tempatkan ia sebagai manusia yang berharga dengan begitu kita dapat menghormatinya. Patri pernyataan dan keyakinan kita dulu, memang itu merupakan kenangan yang indah tetapi juga merupakan janji kepada diri dan kepada Yang Maha.

Semua akan dimintai pertanggungjawaban sesuai peranannya selama di dunia. Cintai keluarga anda, cintai istri anda, cintai suami anda, sungguh dia yang terbaik. Lahirkan generasi yang damai dan tentram. Allah, SWT bersama kita, mewujudkan keluarga bahagia...

Sayangku : Bunga Indah dan Permata Hati

Rabu, Desember 08, 2010

Ketika Seorang Menjadi Pahlawan


"Hanya ada satu orang, satu pahlawan, satu legenda" begitulah ungkapan idola baru sepak bola Indonesia Irfan Bachdim pada twitternya. Yah.., Bambang Pamungkas disebut sebagai pahlawan malam itu saat bertanding melawan musuh bebuyutan Thailand dengan skor 2-1. Terus terang ketika mendengar kata pahlawan, hati saya langsung ciut. Nadi saya terasa berhenti ketika Kiki Amalia menangis haru saat suaminya menjadi pahlawan menghalau bola masuk ke gawangnya. Saya semakin tertunduk lemas, seorang Markus sudah menjadi pahlawan pada umur pernikahan yang seumur jagung, huuhhh...

Saatnya kita bertanya pada hati kecil kita, kita merasa bangga saat mengatakan kalau sudah begitu lamanya umur pernikahan kita dibanding, sang pahlawan tadi atau dibanding teman-teman seumur kita. "Saya bangga kalau di usia begitu mudanya saya sudah berani memutuskan untuk menikah, sampai saat ini dikaruniai buah hati". Tetapi pernahkah kita menyadari apa yang sudah kita lakukan sepanjang umur kita atau umur pernikahan kita? Apakah pernah terpikir suatu saat nanti kita disebut pahlawan karena sesuatu yang kita hasilkan atau perbuat? Oohh, tidak..., jangan begitu jauh anda berpikir untuk menjadi pahlawan negeri. Apakah anda juga sebagai pahlawan dalam profesi anda? Tidak juga...., baiklah, ini pertanyaan terakhir : yakinkan kalau anda pahlawan dalam peran anda dalam keluarga.

Tetapi saya juga terdiam apabila pertanyaan itu dilontarkan. Begitu lemahnya fungsi kita sebagai lelaki kepala keluarga. Mencari nafkah...??? Semua kepala keluargapun mencari nafkah, begitu mudahnya kita bekerja, kadang-kadang tanpa tenaga, tanpa taruhan nyawa. Apakah itu yang disebut pahlawan? Tidak dapat dipungkiri kalau sang istri lebih dulu menyandang status pahlawan. Karena saya tahu betul kalau nyawa yang ia pertaruhkan dalam proses kelahiran anak kami. Selayaknya menurut saya kita menghargai dan melindungi sang pahlawan tersebut. Lalu kapan titel pahlawan juga melekat pada kita? Terus terang saya malu mempertanyakan itu dan saya salut untuk para pahlawan negeri.

Paling tidak saya memahami arti seorang pahlawan yang sebenarnya. Sungguh ia berjuang demi sesuatu yang diyakininya pada sebuah kebenaran tentunya. Untuk saat ini saya belum menjadi pahlawan, tetapi saya ingin memiliki jiwa pahlawan dan tetap menghargai dan menyayangi sang pahlawan hati, istri.

Tetap semangat layaknya pahlawan...

Rabu, Desember 01, 2010

Blog dengan segala macam informasi


Silahkan anda klik salah satunya, dan nikmati informasi di setiap postingnya. Berikut link blog yang biasa saya buka, yuuukkk...., mariiiii......
1. Terselubung
2. Kumpul berita
3. Guyintop10
4. Tahukah kamu
5. Semuana
6. Unic77
7. Asaborneo

ambil positifnya buang buruknya...
Mohon bantuannya yang bisa menambahkan, thanks...