Senin, Juli 04, 2011

Lelang di Lubuk Kemiling



Maaf kalau ada yang bertanya arti atau sejarahnya sehingga desa tersebut bernama Lubuk Kemiling. Yang jelas Minggu tanggal 3 Juli kemarin saya beserta keluarga berada di sana. Perjalanan dari Baturaja memakan waktu sekitar dua jam. Menurut saya tidak begitu jauh, tetapi karena jalannya sempit, serta aspal jalan banyak yang rusak, membuat perjalanan jadi semakin lama.

Desa Lubuk Kemiling terletak di Kecamatan Peninjauan Kab. OKU. Banyak orang bilang, karena aliran sungai ogan yang melewati desa ini tidak lurus mengalir dari hulu ke hilir, tetapi membentuk lingkaran seperti pusaran, di setiap sisinya. Itulah asal dari nama Lubuk Kemiling.

Episode pertama perjalanan ini, kami sudah disuguhi pengalaman yang unik, yaitu menyeberang sungai dengan jembatan gantung. Memang masih terlihat kokoh, tetapi pijakan papan jembatannya sudah ada yang rusak, tentunya saya ekstra hati-hati menuntun anak saya yang masih berumur 2,5 tahun.

Ada yang lebih bahagia pada hari tersebut, sang pengantin. Kakak bapak mertua yang punya acara, beliau menikahkan anak perempuannya. Tamu undangan ramai, walau terik siang ini. Tari persembahan membuka acara tersebut, lalu diteruskan dengan acara adat suap-suapan dan lemparan. Cacap-cacapan dan suap-suapan saya sudah tahu sebelumnya, tetapi lemparan? Dalam benak saya, seikat bunga dilempar oleh kedua mempelai ke tamu undangan, seperti yang sering saya lihat di tv. Lemparan yang saya lihat, tamu undangan satu persatu memberikan kain ke mempelai, ada sekitar dua puluh orang lebih.

Beberapa kata sambutan, lalu doa, tanpa ada ceramah. Kemudian acara belum dilanjutkan dengan makan siang, tetapi lagi-lagi saya disuguhi dengan sesuatu yang baru, "Lelang". Apa yang dilelang? Barang yang dilelang adalah satu porsi makanan yang berisi, nasi, ayam goreng-yang benar-benar satu ayam, satu buah apel dan dua buah salak. Dikemas dalam wadah plastik yang biasa dugunakan untuk mengemas kue bolu. Dijejer beberapa porsi yang dipegang oleh remaja putri di atas panggung. Lelang dibuka dengan tawaran seratus ribu rupiah, sampai nilai tertinggi. Siang itu sebanyak tiga puluh porsi terlelang dengan nilai seratus sampai dua ratus ribu rupiah per porsinya. Berapa yang bandar lelang dapat? 6 juta rupiah!! Fantastis... Pemenang lelang termasuk diantaranya adalah istri saya, he..he.., dia memperoleh dua porsi. Jadi memang pemenang lelang dapat menyantap makan siang dahulu, sebelum yang lain menikmati prasmanannya. Rupanya acara lelang masih berlanjut malam nanti, sembari diiringi alunan musik organ tunggal dan biduannya.

Banyak hal baru yang kami temui minggu ini, di daerah asal istri saya, Desa Bunglai yang bersebelahan dengan Desa Lubuk Kemiling. Jangan pernah lupakan daerah asal, karena itu sama artinya melupakan orang tua. Walau seberat apapun rintangannya, itu bukti cinta kepada jiwa kita yang merupakan asal bentuk sejarah kita ke depan. Seperti juga saya rindu akan tempat lahir saya, begitu juga anak-anak saya yang rindu pulang ke rumahnya. I miss you...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar