Rabu, April 22, 2009

Posting Pake Read More

Kemarin coba-coba posting pake read more, tapi kayaknya error. Tapi sekarang tak coba lagi. Sudah bisa belum, ya..? Kayaknya bisa, alhamdulillah.


TIPS MEMILIH ARENA BERMAIN

Guna membantu orang tua memilihkan arena bermain yang baik bagi anaknya, Tari memberikan beberapa saran berikut:

* Utamakan Kebersihan
Jangan pernah memilih arena bermain yang sarananya sudah dipenuhi debu dan ditumbuhi jamur, lumut, apalagi sampai menimbulkan bau tak sedap. "Sebagai konsumen, kita berhak bertanya kepada pihak pengelola mengenai sistem perawatan arena bermain tersebut."
Tari menyayangkan banyaknya pengelola/pemilik arena bermain, baik outdoor maupun indoor, yang mengabaikan sisi perawatan dan kebersihan. Padahal biasanya keteledoran semacam ini yang menjadikan tempat bermain umum tidak layak lagi dipergunakan bagi anak.
Idealnya, setelah sekian jam digunakan atau dimanfaatkan oleh sejumlah anak, setiap mainan harus dibersihkan. Bahkan untuk meminimalkan peluang penularan penyakit tertentu, mainan juga harus dibersihkan secara berkala menggunakan bahan pembersih yang bisa membunuh jamur, bakteri, dan kuman.

* Perhatikan Keamanan
Pastikan keamanan setiap lekuk dan sudut sarana di tempat bermain yang akan digunakan dapat diandalkan. Jika kira-kira membahayakan, lebih baik urungkan saja niat mengajak main batita di tempat tersebut. Begitu juga materi yang mendominasi arena bermain itu. Amati aspek lunak-kerasnya, licin atau tidak dan tajam atau tidak semua benda yang ada. Termasuk aman tidaknya cat yang digunakan. Mengapa hal-hal kecil tadi perlu diperhatikan baik-baik? Tak lain karena pengalaman tidak enak kala anak terbentur atau terluka akan jauh lebih "dirasa" daripada manfaat permainan itu sendiri. Sayang sekali, kan, kalau karena pernah cedera anak jadi tak mau mencoba permainan ini-itu atau tidak lagi terangsang melakukan berbagai eksplorasi hingga potensi/kemampuan anak jadi tidak terasah.
Kolam mandi bola, contohnya, untuk anak batita idealnya harus dipisahkan dari kolam serupa untuk anak prasekolah. Mengapa? Sebagian batita, terutama batita awal usia 1-2 tahun, masih berada di fase oral. Inilah yang membuat mereka seringkali memasukkan bola-bola tersebut ke dalam mulutnya. Pertimbangan lain, perkembangan motorik membuat anak prasekolah cenderung "rusuh" dengan melompat dan meloncat atau terjun bebas tanpa memperhatikan ada atau tidak orang lain yang mungkin bakal celaka dengan ulahnya. Di sinilah pentingnya orang tua menyeleksi arena bermain seperti apa yang dianggapnya layak.

* Cermati Aspek Kesesuaian
Pilihlah sarana bermain yang merangsang pergerakan otot batita, baik otot-otot kaki, tangan, maupun seluruh bagian tubuhnya. Jangan lupa perhatikan juga kesesuaian bentuk, ukuran, dan tingkat kesulitan masing-masing permainan tersebut. Balok keseimbangan, contohnya, pilihkan yang baloknya relatif lebar dan goyangannya tidak menghentak-hentak. Sedangkan untuk perosotan idealnya dilengkapi dengan matras atau "bantalan" pasir yang bisa meredam benturan saat anak mendarat. Lalu untuk permainan gorong-gorong, pilihkan yang jalan keluarnya langsung bisa ditemukan anak dengan panjang yang terjangkau.

* Kuota/Kapasitas
Tinggalkan arena bermain yang sudah penuh sesak. Dalam kondisi semacam itu jangan harap anak bisa memetik manfaat dari aktivitas bermainnya. Begitu juga jika melihat antrian yang amat panjang hingga harus menunggu cukup lama untuk mendapat giliran. Bisa-bisa si batita bete duluan sebelum bermain. Padahal salah satu unsur penting bagi anak batita adalah pengalaman yang menyenangkan. Nah, kalau dia sampai terlalu lama menunggu, kalah berebut kesempatan dengan anak yang lebih besar, tentu saja permainan tersebut akan menjadi pengalaman tidak menyenangkan buat si batita. Meski di usia ini anak juga harus mulai diperkenalkan pada konsep berbagi, tapi tentu bukan dengan cara-cara seperti ini.

* Kualitas SDM
Yang dimaksudkan di sini adalah kualitas petugas atau kakak-kakak pendamping yang ada di lokasi arena bermain. Ini sangat perlu mengingat mereka harus menjaga, membimbing, dan mengarahkan anak bagaimana harusnya bermain dengan baik dan benar. Jika semua aturan main bisa dipatuhi, bukan cuma keselamatan dan kenyamanan bermain yang didapat anak, tapi juga manfaat lain. Semisal,
"O...begini toh caranya menjaga keseimbangan di jalan yang licin." Atau "Supaya bonekanya enggak gampang hancur, aku mesti mencampur tepung ini dengan air."
Tentu saja agar bisa memainkan perannya sebagai pendamping, jumlah SDM yang bertugas harus sesuai dengan kapasitas arena permainan itu sendiri. Jangan sampai satu penjaga harus mengawasi 10 anak yang sedang asyik bermain.
Gazali Solahuddin. Foto: Ferdi/nakita





Kamis, April 16, 2009

Tetap Istiqomah Guruku...


Alhamdulillah sejak masuk sekolah sampai sekarang - anakku yang pertama sudah 3 tahun sedangkan yang kedua 1 tahun-banyak kemajuan, baik dalam hal spiritual keagamaan maupun ilmu formal. Doa sehari-hari selalu mereka ucapkan. Sebelum dan sesudah makan, sebelum tidur, naik kendaraan, keluar rumah, doa wudhu dan lainnya. Begitu juga dengan hadits dan hafalan surat pendek. Belum lagi terkadang mereka dengan gembiranya menyanyikan lagu-lagu yang bernuansa islami.
Memang, kedua anakku terlihat perkembangan sikap dan sifatnya menuju ke arah pribadi yang muslimah yang seharusnya. Tutur katanya sopan, perilakunya terarah dan sepertinya mereka selalu berpandangan yang searah dengan ajaran Islam.
Kamipun sebagai orang tua tentu senang, karena begitulah seharusnya. Pada saat anak berada di sekolah, maka pelaksana pendidik ada di tangan guru sedangkan pada saat di rumah pendidikan pun jatuh ke tangan orang tua. Walaupun kuasa penuh ada pada orang tua. Guru hanya bersifat membantu mendidik anak ke materi yang mungkin lebih terarah, sesuai dengan kurikulum pelajaran untuk masing-masing tingkatannya.
Tetapi memang seharusnya ada perbedaan yang lebih baik antara sekolah umum dengan sekolah bernuansa agama (Islam), dalam kondisi normal tentunya. Tidak dipungkiri seperti telah saya bahas di atas banyak yang berbeda, apalagi untuk anak yang belum (tidak) sekolah.
Pada dasarnya kami percaya dengan metode pendidikan di sekolah tersebut, mengingat hasilnya juga nampak. Tetapi kalau menurut saya masih banyak jalan menuju pendidikan yang lebih baik. Karena mendidik bisa melalui panutan, yaitu segala sesuatu kita contohkan ke hal-hal yang baik (lebih ke pribadi). Dan ajaran, yaitu apa yang diperintahkan oleh guru untuk diikuti oleh anak didiknya, misalnya menulis, berhitung, berdoa, belajar sholat dan lainnya. Baik formal dan informal, ilmu dunia dan akhirat.
Seperti mengajarkan anak bersedekah, kunjungan ke panti asuhan, membahas fakir miskin, atau kata lain bagaimana kalau kita menjadi orang yang tidak mampu (miskin) atau tidak seberuntung kita. Kunjungan ke Panti Asuhan katakanlah, dengan masing-masing anak bersedekah lima ribu rupiah atau sukarela diberikan ke panti asuhan, kumpul bersama anak-anak panti asuhan, saya rasa anak sedikit banyaknya ikut merasakan atau paling tidak tahu siapa saja penghuni panti asuhan. Apa itu yatim atau piatu. Pernah terpikirkan dibenak kita bagaimana kalau kita bertukar takdir (kayak acara tv). Keberuntungan kita dibagi bersama mereka, kepapaan juga bisa ikut kita rasakan (agar lebih bersahaja/sederhana).
Atau kunjungan ke masjid, masing-masing anak memasukkan uang lima ribu rupiah atau sukarela ke kotak masjid yang uangnya digunakan untuk pembangunan masjid. Dikenalkan dimana posisi imam, apa itu mimbar, untuk apa beduk, bagaimana bentuknya, atau melihat dan mempelajari kaligrafi di masjid tersebut. Dengan harapan anak lebih mengenal masjid dalam arti yang sebenarnya.
Bagaimana dengan perpustakaan? Lima ribu rupiah masing-masing anak bisa dimanfaatkan untuk melengkapi koleksi perpustakaan. Apa gantinya? Tentu buku yang kita baca. Banyak yang bisa kita kembangkan dari hanya sekedar melihat saja gambarnya apalagi membacanya.
Kalau ada yang lebih baik, kenapa tidak kita lakukan? Atau kenapa kita memilih yang lain? Junjung tinggilah kepentingan kami di atas kepentingan lain ibu guruku, karena engkau masih sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Sungguh, umur kami sekarang sangat perlu nutrisi ajaran terbaikmu untuk menempuh jenjang yang lebih tinggi nantinya.
Tetaplah istiqomah guruku, jagalah terus kepercayaan kami...

Kamiliya yang sempurna





Nih, Si Murah Senyum Kamiliya. Badannya wangi, nafasnya apa lagi, bibirnya mungil, hidungnya mut imut, matanya bulat bersih, kulitnya putih. 

Alhamdulillah. Tiada kurang Engkau berikan pada kami, tapi selalu kurang yang kami berikan kepada-Mu.

Tiada tempat kami meminta dan berharap selain Engkau, Ya Allah. Beri kami kemampuan untuk membentuk amanah-Mu menjadi insan dambaan-Mu. 

Sungguh ku cinta anak dan istriku, semoga tidak melebihi cintaku kepada-Mu, Ya Allah.

Jumat, April 03, 2009

Mewarnai lagi, biar tambah pinter....





Mari Mewarnai.....!!





Mempelajari Tangisan Bayi


Setiap kali seorang bayi menangis, pasti si ibu akan menyorongkan payudaranya atau membopongnya.
Tapi, ketika dua hal itu sudah dilakukan, dan si mungil masih saja menangis, barulah si ibu bingung.
Nah, coba saja si ibu tahu arti tangisan itu, kan tak perlu bingung?
Tapi, bagaimana tahu arti tangisan bayi?
Tangisan merupakan alat komunikasi pertama yang dikuasai bayi. Lewat tangisan, bayi mengutarakan
keinginan dan kebutuhannya secara efektif. Tak heran, bayi menghabiskan banyak waktu untuk aktivitas ini.
Dalam buku "Your Child's Body Language", Dr. Richard Woolfson menjelaskan bahwa tangisan bayi mempunyai arti berbeda-beda. Setiap jenis tangisan mengkomunikasikan pesan tersendiri untuk ayah ibunya.

Di bawah ini beberapa contoh tangisan bayi dan cara mengatasinya.

Tangisan "Aku Ingin Menyusu": 

Bayi Anda akan mulai menangis jika lapar. Tangisannya biasanya berulang-ulang. Pertama, ia menangis lalu berhenti sejenak untuk mengambil napas, menangis lagi, berhenti sejenak untuk mengambil nafas, demikians seterusnya. Mengatasinya, susui dia hingga kenyang. Atau, jangan-jangan sudah waktunya makan?

Tangisan "Popokku Kotor":

Bayi lebih suka popoknya bersih dan kering. Jika popoknya basah ia akan menangis karena merasa tidak dari rasa tidak nyaman. Tangisan "pengumumam popokku kotor" biasanya perlahan, kemudian makin keras dan makin keras. Anda juga bisa memperhatikan bahwa ia bergeliut-geliut di tempat tidurnya. Mengatasinya, segera periksa popoknya. Ia barangkali memerlukan popok yang baru.

Tangisan "Badanku Sakiiit":

Semua bayi menangis jika ia merasa sakit. Tangisan jeni ini adalah tangisan bernada tinggi, hampir seperti jeritan, kemudian ia terengah-engah pada saat menarik nafas, lalu menjerit lagi. Jalan keluar, cobalah temukan apa yang membuatnya kesakitan. Pegang perutnya, jangan-jangan kejang. Goyang-goyang tangan, kaki atau leher dan kepalanya. Jika ia menjerit lebih keras ketika menggoyang bagian tertentu, mungkin ada yang sakit karena terjatuh tanpa sepengetahuan Anda. Kompreslah bagian yang sakit dengan air hangat.

Tangisan "Aku Bosan":

Bayi selalu memerlukan stimulasi dan akan timbul bosan jika ia tidak memperolehnya, atau bahkan bosan dengan satu aktivitas saja. Tangisan jenis ini dirancang untuk mendapat perhatian Anda. Makanya, tangisan ini lebih mirip teriakan ketimbang tangisan. Dan, ia akan tetap menagis
seperti ini selama ia merasa bosan. Mengatasinya, ganti aktivitasnya. Misal, temani dia bermain,
menyenandungkan nyanyian, membacakan cerita.atau bisa juga ajak jalan-jalan.


Tangisan minta gendong:

Bayi Anda akan menjadi cengeng jika lelah, walaupun ia mungkin tidak ingin tidur. Ia akan merengek dengan menjengkelkan. Kepalanya mungkin terangguk-angguk untuk beberapa detik, dan mungkin Anda melihat bahwa ia menggosok-gosokkan tangannya pada mata serta wajahnya. Mengatasinya, ayunlah ia perlahan-lahan sampai akhirnya ia jatuh tertidur.

Tangisan kesepian:

Bayi Anda senang bergaul. Ia ingin Anda selalu berad di sisinya. Jika merasa kesepian, tangisannya akan terdengar menyedihkan. Seakan ia tengah sedih atau marah. Mengatasinya, luangkan waktu bersamanya paling tidak sampai ia tenang. Jika Anda perlu menyelesaikan sesuatu, gendonglah ia sampai tenang, kemudian lanjutkan pekerjaan anda bersamanya di sisi Anda.
Nah, itulah beberapa ciri tangisan bayi Anda. Dan, kini sudah tahu rahasianya, kan? Jadi, jangan langsung nyorongkan payudara lagi, ya?

(sumber: CyberNews Suara Merdeka)