Suatu pagi yang cerah,
di hari
minggu pada bulan yang basah.
Di sebuah rumah mewah,
di kawasan perumahan elite
ibu kota.
Gesit tangan Partiyem mengolah
hidangan.
Mulai dari kue kering untuk di dalam toples, makanan di piring-piring
kecil, hingga minuman ringan.
Semua itu mudah bagi Partiyem.
Ia dapat memasak makanan kota sampai sekedar tempe bacem.
Saking mahirnya ia
dapat beratraksi sambil merem.
Ia lakukan dengan tenang dan tetap kalem.
Hebat
Partiyem.
Ia sudah delapan tahun menjabat
pembantu rumah tangga di rumah Nyonya Ningsih.
Janda cantik beranak satu
berkulit putih.
Partiyem kerasan tinggal di sini,
karena apa yang diminta
Partiyem, seringnya dikasih.
Tetapi wajar saja, karena Partiyem orangnya rajin sehingga
rumah selalu terlihat bersih.
Selesai. Sumringah Partiyem
melakukan atraksi.
Dengan sigap dan santai ia berlenggok berjalan menuju sebuah
meja panjang yang hampir penuh berisi perhiasan dan tentu bukan imitasi.
Iapun
langsung mempersilakan dengan sedikit basa-basi.
Arisan perhiasan menjadi agenda
rutin lima ibu muda ini.
Para wanita karir yang memiliki usaha yang mumpuni.
Bagi
mereka harta adalah istimewa.
Status keluarga tidaklah masalah.
Suami bisa
disewa, yang penting bahagia, tidak perlu yang setia.
Sekarang acaranya sudah bebas,
setelah tadi arisan didapat oleh Jeng Paras.
Wanita berambut warna emas
sebahu memulai wacana,
menyombongkan barang barunya yang dapat membuat terpana.
“Aduh, Jeng..., bodinya mulus,
mesinnya masih bagus, waktu itu gue dapetin di Lebak Bulus, pokoknya
maknyus...,”
“Lah, yang lama, Jeng..., sudah
dihapus?”
“Ah, yang lama bosen, itu juga
gue dapetin seken”
“Ih, Jeng Mira, yang dapet di
Lebak bulus diumbar, mending eke, bodinya yang lebar, kalo sudah dibuat duduk,
bikin konsentrasi buyar, trus kalo sudah tuas persnelingnya diputar, bikin
jantung berdebar,”
“Ha ha ha..., Jeng Shinta,
mobil balap ukuran jumbo, ya? Kalo saya, sih, wajar dimiliki yang kaya kaya’
saya. Habis yang dulu sudah gak ada daya, jadinya banyak makan biaya. Lah, kalo
yang sekarang, saya punya kuda troya, pokoknya bisa dibuat beragam gaya,”
“Kalo Jeng Ningsih, gimana, nih,
sudah dapet yang baru, belum?” tanya wanita yang tadi baru dapet, dengan senyum
dikulum.
“Kalo saya, sih, maklum, lah
wong yang kemarin aja masih ranum,”sambil senyum.
“Waduh, Jeng..., kalau saya,
gak sembarang cari yang baru, pokoknya gak mau terburu-buru,”
“Saya maunya barang yang sempurna,
yang bisa untuk segala suasana,”
“Soalnya bercermin dari barang
lama, karena sudah kepala lima, trus jadi gak bisa tahan lama, dipaksain...,
eh, malah koma,” celoteh pemilik rumah, sambil ngemil kurma.
Partiyem yang sedari tadi
nguping di ruang samping jadi pusing.
Maklum, Partiyem orang kampung yang dulu
hanya makan kangkung.
Mana tahu ia model mobil baru yang baru dibahas begitu
seru di ruang tamu bercat biru.
Zaman sudah semakin canggih,
sudah banyak ragam mobil dengan kemampuan tinggi, mampu dibeli.
Dari yang
umurnya matang, sampai yang masih bujang.
Dari yang lokal, sampai
internasional.
BalasHapusnice nih artikelnya, semoga bermanfaat dan sukses terus ea gan... ditunggu artikel selanjutnya